Sabtu, 26 Januari 2013

GURU DAN KIPRAHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN


GURU DAN KIPRAHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh : M. Rifqi Zam Zami

Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat urgent dan penting untuk dilaksanakan dalam setiap kehidupan manusia. Tanpa pendidikan manusia tidak akan pernah bisa mencapai derajat yang lebih baik (ahsan). Hal itu disebabkan karena lewat pendidikan, manusia akan mendapatkan beberapa hal penting yang dapat digunakan untuk modal awal menjalani kehidupan yang teratur dan terarah.
Pendidikan dapat terlaksana manakala beberapa aspek yang melatarbelakanginya ada. Guru (pendidik) dan siswa (peserta didik) adalah dua aspek yang tidak akan pernah bisa dipisahakan dalam menjalankan proses pendidikan. Guru melaksanakan transfer of knowledge (ta’lim) dan juga melaksanakan transfer of value (ta’dib). Ketika dua hal tersebut dilaksanakan maka proses pendidikan terlaksana dengan baik. Anak didik harus mempunyai bekal ilmu yang baik dan dapat mengaplikasikan ilmu yang dimiliki secara terarah sesuai dengan syariat yang berlaku, baik syariat dalam agama masing-masing maupun syariat negara yang selanjutnya disebut dengan hukum / undang-undang.
Jika guru hanya melaksanakan proses ta’lim tanpa menghiraukan proses ta’dib, maka proses pembentukan karakter dalam setiap individu anak didik dikatakan gagal dan belum terjadi proses mendidik. Padahal dalam aplikasi kehidupan, yang dianggap sangat penting bukan hanya ilmu yang dimiliki seseorang saja, tetapi tingkah laku dan karakter yang mencerminkan manusia beragama dan bernegara juga diperlukan.
Problem yang terjadi dinegara kita sebenarnya bukan miskin ilmu, tetapi miskin etika dan estetika. Kita lihat saja realita dan fakta yang terjadi dinegara ini. Banyak sekali aplikasi karakter bangsa yang tidak sesuai dengan hazanah keilmuan seseorang. Banyak sekali orang yang mempunyai teori-teori dan ilmu yang tinggi, tetapi tetap saja tingkah laku yang dilaksanakan tidak sesuai. Sehingga banyak sekali kasus-kasus yang terjadi, seorang guru berbuat asusila terhadap anak didiknya, pejabat nonton video porno saat rapat anggota dewan, anggota dewan tersiar sebagai pelaku dalam sebuah video porno, sampai pejabat-pejabat yang melaksanakan korupsi dalam setiap lini.
Contoh kasus yang terjadi tersebut bukanlah hal yang tabu ketika dibicarakan dalam kehidupan masyarakat kita. Hal itu disebabkan karena banyak sekali kasus yang sama dengan pelaku yang berbeda tersiar dimedia kita. Kalau kita mengklarifikasi kasus-kasus yang telah terjadi, bukan tidak mungkin orang yang tersandung kasus tersebut adalah orang yang bernotaben pendidikan rendah. Seorang guru, pegawai dirjen pajak, anggota DPR RI, dll. Semua pelaku adalah orang yang bernotaben pendidikan tinggi dan tahu akan baik buruk sesuatu yang dikerjakan. Jika diurut-urutkan, kasus ini terjadi karena pembentukan karakter dalam proses pendidikan belum sampai ke “standar internasionalnya”.
Nah, dari kasus-kasus yang banyak terjadi dan menyimpang tersebut, kiprah guru dalam proses pendidikan menjadi sorotan untuk membentuk karakter manusia seutuhnya. Sehingga tanggung jawab seorang “guru” sangat lah berat.
Dari tanggung jawab yang dibebankan pemerintah dalam proses pendidikan ini, lebih-lebih pembentukan “karakter bangsa” yang sangat berat maka pemerintah memberikan semacam reward kepada guru agar proses pembentukan karakter tersebut terlaksana secara maksimal. Proses pembentukan sebuah “profesi” yang diidentikkan sebagai “pekerjaan” mulailah merambah dalam kehidupan seorang guru. Proses pendidikan bukan lagi menjadi “usaha sadar” seperti yang termaktub dalan UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003, tetapi menjadi “usaha kadar” yang dilaksanakan untuk mencapai kadar nilai upah yang diinginkan. Sangat ironis ketika niat awal untuk melaksanakan usaha sadar berubah menjadi usaha kadar.
Memang boleh ketika kita berfikir bahwa reward atau bisyaroh untuk guru harus tinggi untuk mengapresiasi usaha guru dalam memberikan pendidikan yang baik bagi masyarakat maupun generasi muda. Tetapi jika pelaksanaan pendidikannya bukan didasarkan dengan usaha sadar, maka sia-sia saja pengabdian dan niat ikhlas awal guru untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam mendidik anak didik.
Dari pemaparan singkat tadi, semoga saja sedikit banyak dapat memberikan angin segar dalam proses penataan niat kita sebagai calon guru profesional untuk mengarahkan generasi muda menuju arah yang lebih baik. Sehingga kasus-kasus yang terjadi dapat diminimalisir dari akar permasalahannya. Pendidikan dan penanaman karakter dalam setiap individu dapat terealisasi sesuai karakter agama dan karakter bangsa untuk membina generasi muda ke arah yang lebih baik.

0 komentar: