GURU DAN KIPRAHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
GURU DAN KIPRAHNYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN
Oleh : M. Rifqi Zam Zami
Pendidikan adalah salah satu hal yang sangat
urgent dan penting untuk dilaksanakan dalam setiap kehidupan manusia. Tanpa
pendidikan manusia tidak akan pernah bisa mencapai derajat yang lebih baik (ahsan).
Hal itu disebabkan karena lewat pendidikan, manusia akan mendapatkan beberapa
hal penting yang dapat digunakan untuk modal awal menjalani kehidupan yang
teratur dan terarah.
Pendidikan dapat terlaksana manakala beberapa
aspek yang melatarbelakanginya ada. Guru (pendidik) dan siswa (peserta didik) adalah
dua aspek yang tidak akan pernah bisa dipisahakan dalam menjalankan proses
pendidikan. Guru melaksanakan transfer of knowledge (ta’lim) dan
juga melaksanakan transfer of value (ta’dib). Ketika dua hal
tersebut dilaksanakan maka proses pendidikan terlaksana dengan baik. Anak didik
harus mempunyai bekal ilmu yang baik dan dapat mengaplikasikan ilmu yang
dimiliki secara terarah sesuai dengan syariat yang berlaku, baik syariat dalam
agama masing-masing maupun syariat negara yang selanjutnya disebut dengan hukum
/ undang-undang.
Jika guru hanya melaksanakan proses ta’lim tanpa
menghiraukan proses ta’dib, maka proses pembentukan karakter dalam
setiap individu anak didik dikatakan gagal dan belum terjadi proses mendidik.
Padahal dalam aplikasi kehidupan, yang dianggap sangat penting bukan hanya ilmu
yang dimiliki seseorang saja, tetapi tingkah laku dan karakter yang
mencerminkan manusia beragama dan bernegara juga diperlukan.
Problem yang terjadi dinegara kita sebenarnya
bukan miskin ilmu, tetapi miskin etika dan estetika. Kita lihat saja realita
dan fakta yang terjadi dinegara ini. Banyak sekali aplikasi karakter bangsa
yang tidak sesuai dengan hazanah keilmuan seseorang. Banyak sekali orang yang
mempunyai teori-teori dan ilmu yang tinggi, tetapi tetap saja tingkah laku yang
dilaksanakan tidak sesuai. Sehingga banyak sekali kasus-kasus yang terjadi,
seorang guru berbuat asusila terhadap anak didiknya, pejabat nonton video porno
saat rapat anggota dewan, anggota dewan tersiar sebagai pelaku dalam sebuah
video porno, sampai pejabat-pejabat yang melaksanakan korupsi dalam setiap
lini.
Contoh kasus yang terjadi tersebut bukanlah hal
yang tabu ketika dibicarakan dalam kehidupan masyarakat kita. Hal itu
disebabkan karena banyak sekali kasus yang sama dengan pelaku yang berbeda
tersiar dimedia kita. Kalau kita mengklarifikasi kasus-kasus yang telah
terjadi, bukan tidak mungkin orang yang tersandung kasus tersebut adalah orang
yang bernotaben pendidikan rendah. Seorang guru, pegawai dirjen pajak, anggota
DPR RI, dll. Semua pelaku adalah orang yang bernotaben pendidikan tinggi dan
tahu akan baik buruk sesuatu yang dikerjakan. Jika diurut-urutkan, kasus ini
terjadi karena pembentukan karakter dalam proses pendidikan belum sampai ke
“standar internasionalnya”.
Nah, dari kasus-kasus yang banyak terjadi dan
menyimpang tersebut, kiprah guru dalam proses pendidikan menjadi sorotan untuk
membentuk karakter manusia seutuhnya. Sehingga tanggung jawab seorang “guru”
sangat lah berat.
Dari tanggung jawab yang dibebankan pemerintah dalam
proses pendidikan ini, lebih-lebih pembentukan “karakter bangsa” yang sangat
berat maka pemerintah memberikan semacam reward kepada guru agar proses
pembentukan karakter tersebut terlaksana secara maksimal. Proses pembentukan
sebuah “profesi” yang diidentikkan sebagai “pekerjaan” mulailah merambah dalam
kehidupan seorang guru. Proses pendidikan bukan lagi menjadi “usaha sadar” seperti yang termaktub dalan UU Sisdiknas No. 20
Tahun 2003, tetapi menjadi “usaha kadar” yang dilaksanakan
untuk mencapai kadar nilai upah yang diinginkan. Sangat ironis ketika niat awal
untuk melaksanakan usaha sadar berubah menjadi usaha kadar.
Memang boleh ketika kita berfikir bahwa reward
atau bisyaroh untuk guru harus tinggi untuk mengapresiasi usaha guru
dalam memberikan pendidikan yang baik bagi masyarakat maupun generasi muda.
Tetapi jika pelaksanaan pendidikannya bukan didasarkan dengan usaha sadar, maka
sia-sia saja pengabdian dan niat ikhlas awal guru untuk melaksanakan tanggung
jawabnya dalam mendidik anak didik.
Dari pemaparan singkat tadi, semoga saja sedikit
banyak dapat memberikan angin segar dalam proses penataan niat kita sebagai
calon guru profesional untuk mengarahkan generasi muda menuju arah yang lebih baik.
Sehingga kasus-kasus yang terjadi dapat diminimalisir dari akar
permasalahannya. Pendidikan dan penanaman karakter dalam setiap individu dapat
terealisasi sesuai karakter agama dan karakter bangsa untuk membina generasi
muda ke arah yang lebih baik.
0 komentar: