GURU MERUPAKAN PELITA SEGALA ZAMAN
GURU
MERUPAKAN PELITA SEGALA ZAMAN
Oleh : Nur Jannah
Dunia
pendidikan dinegeri ini selalu menyisakan berbagai ironi. Hal itu terjadi
karena selama ini dunia pendidikan selalu dipandang sebelah mata dengan tidak
diperlukan sebagaimanamestinya. Bahkan, yang paling ironis lagi adalah adanya
kemyataan menyakitkan bahwa dunia pendidikan sudah menjadi budaya permainan
politik. Berbagai intervensi dan hegemoni politik terhadap dunia
pendidikansmenjadi komoditas politik yanag keuntungannya tidak kembali kepada
dunia pendidikan namunkekantong kepentingan para elite politik.
Padahal, kita semua tahu bahwa semua pranata,
semua komponen, semua struktur, semua pribadi itu lahir dari duni pendidikan
dalam arti luas yang telah menjadi pra syarat mutlak tereksestensinya sendi-
sendi kehidupan. Kita semua seakan akan munafik terhadap perjalanan kehidupan kita,
terhadap eksistensi kita, terhadap apa yang kita raih sekarang ini,terhadap
penghidupan yang telah menghidupan kita dan terrhadap segala hal yang telah
mendidik kita menjadi orang yang hidup dan terdidik, yang semua itu lahir dari
pendidikan orang tua, sekolah, dan
lingkungan dimana kita berdiri tegak sekarang ini. Akankah fenomena it
uterus mengalir dalam aliran darah, dalam desahan nafas, dan dalam segalagerrak
dan langkah kita?
Berbagi fenomena tersebut seolah menjadi
cermin bagaiamna akutnya penyakit budaya kehidupan kita terhadap dunia
pedidikan. Dunia pendidikan dianggap sebagai dunia stagnan yang hanya mengurusi
jenjang- jenjang dan kuantitas- kuantitas yang pada akhirnya bisa menjadi modal untuk mencari kehidupan dengan didasari
pola pikiryang materealistis dan mekanis. Betapa ironisnya, pendidikan hanya
berfungsi sebagai mesin yang bergerak mekanis. Akibatnya, dunia pendidikan
sekarang ini menjadi dunia yang kaku dan hanya melahirkan robot- robot mekanis
yang tidak berbudaya, bermoral dan hanya mementingkan nilai- nilai kuantitas
belaka tanpa memerhatikan kualitas yang seharusnya paling dipentingkan untuk
membentuk manusia yang cerdas lahir batin sehingga bisa membentuk kehidupan
berbangsa dan bernegara yang maju dan
berperadapan. Nah, dari paradigm terhadap pendidikan seperti itulah yang akan
melahirkan berbagai ironisasi diatas.
Berbagai hal diatas juga diperparah lagi
dengan budaya yang beredar dimasyarakat kita bahwa profesi sebagai pendidik
adalah profesi yang tidak menjanjikan dan bahkanberprofesi sebagai profesi yang
nomor sekian dibawah profesi- profesi lain. Bahkan halite sudah menjadi
konvensi yang mengakar dalam pola piker masyarakat kita. Akibatnya banyak orang
yang menjadikan profesi guru sebagai profesi loncatan atau sebagai terminal
terrakhir setelah mencapai kegagalan dalam mencari profesi yang lain. Kalau
sudah begini, apakah mungkin dunia pendidikan akan melahirkan manusia- manusia
berkualitas dan bermoral serta berperadaban yang bisa membangun negeri ini
menuju kepuncak kejayaannya. Sedangkan para pendidiknyaberangkat dari unsure
keterpaksaan dan tidak berasal dari hati nuraninya untuk menjadi pendidik?
Bagaimana
mungkin pendidik bisa mengajarkan sesuatu yang benar secara nurani dan bermoral
dari segi perilaku, sedangkan pola dan paradigm kehidupannya sudah
tidakberangkat dari jalur yang benar?
Dunia pendidik dan pendidikan akan menjadi
objek ketela’ahan, khususnya tentang profesionalisme guru yang dalam paradigm
masyakat sudahmemudah dan cenderung kebanlasan. Harapan punya harapan, ada
semacam penyejuk dan pembuka mata kita terhadap dunia guru yang tidak boleh
dipandang sebagai profesi yang sebelah mata. Semoga mata hati dan mata kasat
kita mulai menampakan sinar yang cerah terrhadap dunia pendidikan. Kalau bukan
kita, siapa lagi. Kalau bukan sekarang kapan lagi.minimal kita mulai dari diri
kita sendiri untuk brbenah diri menggapi masa depan yang lebih gemilang dan
berprospek cerah. Siapa tahu kita menjadi elopor untuk mencerdaskan bangsa dan
memunculkan kejayaan di negeri ini.
Cerdas yang tidak hanya cerdas, dan kejayaan yang tidak hanya kejayaan, tapi
benar- benar secara esensial dan fundamental menampakkan hasil yang positif
dalam berkualitas.
Oleh
: Dr. Ainurrofiq Dawan, M. A.
Guru ( dalam bahasa jawa ) adalah seorang
yang harus digugu lan ditiru oleh semua muridnya. Harus digugu artinya segala
sesuatu yang disampaikan olehnya senantiasa dipercaya dan diyakini sebagai
kebenaran oleh semua murid. Segala ilmu pengetahuan yang datangnya dari sang
guru dijadikan sebagi sebuah kebenaran yang tidak perlu dbuktikan atau diteliti
lagi. Seoranga guru jua harus ditiru, artinya seorang guru harus menjadi suri
tauladan bagi semua muridnya. Mulai dari cara berpikir, cara berbicaara, hingga
cara berperilaku sehari- hari. Sebagai seorang yang digugu lan ditiru seorang
dengan sendirinya memiliki peran yang luar biasa dominannya bagi murid.
Dalam sebuah proses pendidikan guru merupakan
salah satu komponen yang sangat penting, selain komponen lainnya seperti
tujuan, kurikulum, metode, sarana dan prasarana, lingkungan, dan evaluasi.
Dianggap sebagai komponen yang paling penting karena yang mampu memahami,
mendalami, melaksanakandan akhirnyamancapai tujuan pendidikan adalah guru. Guru
juga yang berperan penting dalam kaitannya dengan kurikulum, karena gurulah
yang secara langsung behubungan dengan murid.
Demikian
guru berperan penting dalam hal sarana, lingkungan dan evaluasi karena seorang
gurulah yang mampu memanfaatkannya sebagai media pendidikan secara langsung
bagi muridnya.
Dari sini, tentang guru sangat relevan,
apalagi bila dikaitkan kondisi bangsa indonesianyang lagi mengalami krisis
multidimensional. Guru dianggap oleh sebagaian besar pengamat pendidikan
sebagai yang bertanggung jawab besar terrhadap kegagalan pendidikan nasioal
yang ternyata hanya mampu menghasilkan alumni yang korup, suka bertengkar dan
mata duitan.
Pekerjaan guru adalah mendidik. Mendidik ini
merupakan suatu usaha yang amat kompleks, mengingat banyaknya kegiatan yang
harus diantisipasi untuk membawa anak didik menjadi orang yang lebih dewasa.
Kecakapan mendidik amat diperlukanagar tujuan pendidikan yang luas itu dapat
dicapai semaksimal mungkin. Ini berarti kinerja guru harus benar- benar
professional. Kalau begitu, apa pengetian profesi itu? Syarat- syarat apakah
yang harus dipenuhi agar kinerja sasarannya dapat dikatakan professional?
Untuk menjawab pertanyaan diatas, peter salim
( 1982 : 1192 ) menegaskan bahwa profesi merupakan suatu bidang pekerjaan yang
berdasarkan pada pendidikan keahlian tetentu. Misalnya, prifesinya dibidang
computer, profesinya mengajar, dan lain sebagainya.
Pernyataan peterr salim diatas mempertegas
bahwa profesi menuntut suatu keahlian yang didasaran pada latar belakang
pendidikan tertentu. Artinya dia benar- benar berpendidikan yang mengkhususkan
pada suatu keahlian. Salah satu contoh adalah Fakultas Tarbiyah ( pendidikan ),
dimana dalam kurikulumnya mengkhususkan untuk mencetak atau mendidik para
mahasiswanya menjadi guru. Dia bekerja pada bidang keahliannya, yaitu mengajar.
Tampaknya lain persoalan kalau seandainya
lulusan fakultas pendidikan tidak menerjunkan dirinya untuk mengajar. Ada juga
memang yang benar- benar berprofesi sebagai guru, walaupun buakan dari fakultas
pendidikan. Namun yang jelas, sebuah profesi menuntut pendidikan keahlian
tertentu. Bagaimana dia tahu tentang computer, kalau dia tidak paham tentang
computer.
Pendapat sikun pribadi ( 1991 : 1 ) yang
mengatakan bahwa profesi pada hakikatnya muncul karena kesediaan pribadi
seseorang secara terang terrangan untuk mengabdikan dirinya pada jabatan
pekerjaan yang ditekuninya.
Menurut Kenneth Lynn ( 1965 : 67 ) memberikan
definisi profesi : suatu profesi yang menyajikan jasa dengan bedasarkan pada
ilmu pengetahuan yang dipahami oleh orang tertentu secara sistematik yang
diformulasikan dan diterapkan untuk memenuhi kebutuhan klien.
Oleh karena itu, suatu profesi ditekuni dalam
suatu lembaga pendidikan dengan relative lama. Katakanlah untuk menjadi seorang
dokter spesialis, dia membutuhkan kuliah yang cukup lama. Begitupun dengan
guru, dia harus menyelesaikan kuliah yang cukup lama. Dia harus menyelesaikan
program pendidikan minimal kualifikasi akademik S1 ( strata satu ), bahkan
sekarang rata- rata guru disekolah menengah sudah berkualifikasi S2 (strata dua
). Pekerjaan itu menitikberatkan pada aspek intelektual ( kerja otak ).
Dengan demikian, pekerjaan professional
adalah pekerjaan yang dipersiapkan melalui proses pendidikan dan pelatihan.
Semakin tinggi tingkat pendidikan yang harus dipenuhinya, maka semakin tinggi
pula derajat profesi diembannya. Tinggi rendahnya profesionalisme sangat
bergantung kepada keahlian dan tingkat pendidikan yang ditempuh.
Kedudukan guru dalam islam, guru sebagai
worker ( pekerj social ) sangat dibutuhkan masyarakat. Namun, kebutuhan
masyarakat akan guru belum seimbang dengan sikap social mayarakat terhadap
prosi guru. Berbeda bila dibandingkan dengan penghargaan mereka terrhadap
profesi lain, seprti dokterr, pengacara, insinyur, dan yang seteusnya.
Rendahnya pengakuan masyarakat terrhadap
guru, menurut Nana sudjana, disebabkan oleh beberapa factor, yaitu:
1.
Adanya
pandangan sebagai masyarakat bawa siapapun dapat menjadi guru, asalkan
berpengetahuan, walaupun tidak mengerti didaktik- metodik.
2.
Kekurangan
didaerah terrpencil memberikan peluang kewengan professional untuk menjadi
guru.
3.
Banyak
tenaga guru sendiri yang belum menghargai profesinya sendiri, apalagi
mengembangkan profesi terrsebut. Perasaan rendah diri karena menjadi guru masih
menggelayut dihati mereka sehingga mereka melakukan penyalah gunaan profesi
untuk kepuasan dan kepentingan pribadi, yang hanya akan menambah pudar wibawa
guru dimata masyarakat ( Tabrani Rusyan, 1992: 2 ).
Salah satu hal menarik pada ajaran islam adalah penghargaan yang
tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan
kedudukan Nabi dan Rasul. Mengapa demikian? Karena guru adalah bapak ruhani (
spiritual Father ) bagi anak didik yang member santapan jiwa dengan ilmu
pengetahuan. Penghargaan islam terhadap orang yang berilmutergambar dalam hadis
dibawah ini seperti yang dikutp Ahmad Tafsir ( 1994: 76 ).
1.
Tinta
ulama lebih berharga dari pada darah para syuhada.
2.
Orang
yang berrpengetahuan melebihi orang yang senang beribadah, bahkan melebihi
kebaikan orang yang berperang dijalan Allah.
3.
Apabila
meninggal seorang alim maka terjadilah kekosongan dalam islam yang tidak dapat
diisi kecuali oleh orang yang alim pula.
Al-
ghazali menukil beberapa hadis Nabi tentang keutamaan seorang guru. ia
berkesimpulan bahwa guru disebut sebagai orang yang besar aktifitasnya dan
lebih baik daripada ibadah setahun. Selanjutnya Al- Ghazali menukil perkataan
ulama yang menyatakan bahwa guru merupakan peilta segala zaman. Orang yang
hidup bersamanya akan memperoleh pancaran nur keilmiahan. Andaikata dunia tidak
ada guru, niscaya manusia seperti binatang,sebab guru selalu berupaya
mengeluarkan manusia dari sifat kebinatangan kepada sifat keinsaniyah.
Kedudukan
guru dalam islam dihargai tinggi bila orang itu mengamalkan ilmunya.
Mengamalkan dengan cara mengajarkan ilmunya kepada orang lain adalah suatu
pengalaman yang paling dihargai dalam islam. Menurut Al- Ghazali, seperti yang
dikutip oleh Ahmad Tafsir ( 1994: 76 ), barang siapa yang memilih pekerjaan
sebagai guru, maka sesungguhnya ia telah memiliki pekerjaan yang penting. Ia
melanjutkan bahwa ketika Imam Al- Haramain meninggal dunia, pasar- pasar
ditutup, mimbarnya universitas ditutup, mahasiswa sebanyak 400 orang memecahkan
tempat tinta serta mematahkan pena mereka. Mereka dalam keadaan demikian selama
setahun. Ini menandakan bahwa derajat guru atau kedudukan guru sangatlah
penting dan dihormati dalam islam.
Sebenarnya,
tingginya kedudukan guru dalam islam merupakan realisasi dari ajaran islam itu
sendiri. Islam memuliakan ilmu pengetahuan, dan pengetahuan itu didapat dari
belajar dan mengajar. Yang belajar adalah pemimpin masa depan, dan yang
mengajar adalah guru. tak terbayangkan terjadinya perkembangan penetahuan tanpa
adanya orang yang belajar. Tak terbyangkan seandainya belajar dan mengajar
tanpa adanya guru.
0 komentar: